Tuesday, March 16, 2021

Obrolan Penerjemahan Karya bahasa Arab ke bahasa Indonesia bersama Aguk Irawan MN

 
Dr. KH. Aguk Irawan MN, tokoh agama, penulis, dan sastrawan kelahiran Lamongan, Jawa Timur, 1 April 1979. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berbentuk fiksi maupun nonfiksi, dan menerjemahkan banyak buku dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Karyanya berupa puisi, cerpen, esai, kajian agama, dan budaya, dipublikasikan di Horison, Kompas, Suara Pembaruan (SP), Sinar Harapan (SH), Jawa Pos, Republika, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat (PR), Kedaulatan Rakyat (KR), Minggu pagi, Suara Merdeka, Surabaya Post, Sumut Pos, Merapi, Rakyat Sumbar, Fajar Makassar, Carawala Makassar, Syir’ah, Jurnal Analisis dan Risalah, Majalah Basis, Kaki Langit, Tebuireng, Kuntum, Bende, NU Online, Jejak Bekasi, Merapi Pembaruan, Sidogiri Media, dll.
 
Riwayat pendidikannya: MI dan SD di Kalipang, Sugio, Lamongan (1990), SMP Sunan Drajat (1993), MAN Babat dan kursus kitab kuning di Darul Ulum, Langitan (1997), Jurusan Aqidah-Filsafat, di Al-Azhar Kairo, Mesir, atas beasiswa Majelis A’la Islamiyah (2003), Pasca Sarjana di STAI Al-Aqidah (beasiswa dari Kementerian Agama Republik Indonesia, 2010), Doktoral di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (beasiswa dari Kementerian Agama Republik Indonesia, 2017). Riwayat pekerjaannya: Kontributor Majalah Imajio 2000-2002, Kontributor Prodaction House Starvision 2008-2009, Anggota Peneliti LKiS Yogyakarta 2005-sekarang, Pengajar STAI Al-Kamal 2007-sekarang, Pengajar STAI Al-Mushin 2011-sekarang, Pengajar MA Ali Maksum 2014-sekarang, Pengajar STAIS Pandanaran 2015-sekarang, Direktur PT. Permata Nur Hijaz 2012-sekarang.
 
Prestasi: Bakhtiar Ali Award, 2001 (KBRI-Terobosan), Majalah sastra Horison Edisi XXXXI, No. 12/2006, katagori satu dari enam sastrawan muda berkarakter Yogyakarta, Penulis Fiksi Terbaik 2007 (Grafindo Khazanah Ilmu), Pesantren Award 2016 (Pesantren Bina Insan Mulia), Novel Titip Rindu Ke Tanah Suci masuk nominasi novel islami terbaik versi islamic book fair jakarta. Pengalaman organisasi: IPNU/IPPNU 1997/anggota, Ketua Senat Fakultas Ushuluddin PPMI-Al-Azhar Mesir (tahun 2000), Bendahara Kelompok Studi Walisongo (1999), Ketua Bidang Pengembangan Organisasi PCINU Mesir (2001), Pemimpin Redaksi Majalah Sastra Kinanah, (2000), Pengurus Lesbumi PWNU (2005-2017), Pengurus PP. LKKNU (2005-2010), Pengurus Langgar Duwur, (2015-sekarang). Wakil Ketua Bidang Kebudayaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
 
Bibliografi artikel ilmiah: Najib Mahfudz; Teologi Pembebasan dalam Novel (Jurnal Cerpen, 2011), Problematika Modernitas dan Demokrasi: Antropologi Hukum Islam Model Khalil Abdul Karim (Jurnal Ar-Raudlah, 2010), Binhad Nurrohmat dan Kembalinya Unsur Sastra Jahiliyah, (Jurnal Kalimah, 2009), Melacak Radikalisme Islam; Kajian Ayat-Ayat Al-Quran (Jurnal Analisis, 2011), Persinggungan Sains, Agama, dan Budaya (Jurnal Ar-Raudlah, 2012), Darul Sulh dalam Konsepsi NU; Titik Temu dan Persinggungan Konsep Negara Sekuler dan Negara Islam (Jurnal Ar-Raudlah, 2013), Masa Depan Ekonomi Islam di Asia (Jurnal Ar-Risalah, 2014).
 
Artikel populer: Engkau Pergi [Ketika] Kami Belum Merdeka (intisaridotcom) (Sastra Pembebasan), Hamid Jabbar [1949-2004] (Majalah Syir’ah Juli 2003), Ketika Puisi Mengaliniasi Kita, (Kompas 5 Sep 2009), Maulid Nabi dan Getar Cinta Para Penyair (KR 2007), Maulid Nabi dan Kitab Puisi (KR 2008), “Mengintip” Latar Sastra Pesantren (Majalah Syir’ah Sep 2003), Lebaran di Mesir (Majalah Gong 2007), Menimbang Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (Scb) Dari Buku Nurel: Menggugat Tanggungjawab Kepenyairan, disampaikan Pada Acara Bedah Buku “Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan SCB”, karya Nurel Javissyarqi, di Pusat Kebudayaan Indonesia-Belanda “Karta Pustaka,” Jl. Bintaran Tengah 16 Yogyakarta, 21 Juli 2011 (Sastra-Indonesia.com), Penyair dan Alquran dalam Rekaman Sejarah (Republika), Puisi-Puisi Yang Membakar Perjuangan, dalam acara Mata Pena Lebih Tajam dari Pedang (Sanggur Nun UIN Yogya 2007), Sastra, Kiyai dan Pesantren, dalam acara Ngabuburit Sastra (Matapena 9 Agus 2011), Visi Sastra dan Tantangan Dunia Cyber, (cybersastradotnet), Sastra dan Korupsi (KR 2010), Sastra Seksual dan Pembusukan Budaya (Republika 10 Okt 2004), Pertemuan Sastra dan Pasar, acara di Komunitas Sastra Pawon, Solo (2008), Prihal Tersingkirnya Puisi Dari Industri Buku (KR 2009), As Dharta dan Sedikit Harga Mati Politiknya, acara di Komunitas Lembahpring, Jombang (21 Nov 2010), Dunia dan Strategi Baru Pesantren, (Kompas 6 Mar 2010), Kearifan Pemimpin Lokal dan Asketisme Mbah Maridjan (Majalah Djendela, DKY 2010), Ketika Buku Bukan Lagi “Ilmu” (KR 2010), Ketika Jati Diri dan Karakter Bangsa Mulai Memudar, Peringatan 500 Tahun Sunan Kalijaga (nu.or.id), Menuju Kebudayaan Baru itu Meniru Barat (SH 3 Apr 2003), Multikulturalisme, Islam dan Cinta Suci, di acara “Islam Merespon Multikulturalisme” diselenggarakan Kelompok Mahasiswa Ilmu Budaya UGM (29/8/09), Melacak Hubungan Agama Dan Kesenian, “Pameran Lukisan Inventory” (nu.or.id), Penerjemah, Profesi Yang Terpinggirkan (Kompas), Penguasa, Buku dan Peradaban (Jawa Pos), Pesantren Dan Strategi Kebudayaan (Kompas), Plato dan Pemimpin Pilihan Rakyat (SP 11 Juli 2003), Sejarah Lekra Vs Manikebu: Hanya Interpretasi Tunggal, (PR 2003), Sastra Islam dan Perjuangannya (Kompas 25 Sep 2010), Profesi yang Terlupakan (Kompas 3 Juni 2010), Revolusi Putih, Dimuat di buku “Mengapa Kami Memilih Golput”, (Arti Bumi Intaran 2008), Melacak Hubungan Agama dan Kesenian (nu.or.id), Tradisi Kenduren, Kearifan Lokal, dan Identitas Budaya (nu.or.id), Laut dan Peradaban Nusantara (Kompas).
 
Buku terjemahan: Islam-Negara-Agama (LKiS), Menyingkap Rahasia Rukuk dan Sujud (Sajadah Press), 100 Wasiat Nabi (Grafindo), Spirit al-Qur’an (Ar-Arruz Media), Samudera Hakikat (Sajadah Press), Ashabul Kahfi (Arti Bumi Intaran), Ensiklopedi Sains al-Qur’an (Arti Bumi Intaran), Menjadi Murid Sejati (Lentera Sufi), Alghunyah; Menjadi Hamba Sejati (Lentera Sufi) Tasfir al-Jilani (Serambi), Kontroversi Negara Islam (Indes), Drama Taufik El-Hakiem Tahta Dzilali Syams (Di Bawah Bayangan Matahari, Navila), Karya klasik Abu A’la El-Ma’ary, Komedi Al-Ilahiyah (Komedi Langit, Navila), Karya Najib Mahfudz, Dunya Allah, dan karya Alaa Aswani, Chicago (Glosaria Media), Bersama Mahmud Hamzawie menerjemahkan sastra Indonesia ke Arab, diantaranya puisi-puisi Sutradji Calzoum Bakrie, O Amuk Kapak (Ath-Tholasim). Karya Soni Farid Maulana, Anak Kabut (Abna Dhabab).
 
Fiksi: Dari Lembah Sungai Nil (Kinanah 1998), Hadiah Seribu Menara (Kinanah 1999), Kado Milenium (Kinanah 2000), Negeri Sarang Laba-Laba (Galah Press 2002), Dalam Genggaman Api (Kinanah 2003), Liku Luka Kau Kaku (Ombak 2004), Sungai yang Memerah (Ombak 2005), Penantian Perempuan (Ombak 2005), Trilogi Risalah Para Pendusta (Pilar Media 2007), Aku, Lelaki Asing, dan Kota Kairo (Grafindo 2008), Balada Cinta Majenun (Citra Risalah 2008), Sepercik Cinta dari Surga (Grafindo 2007), Memoar Luka Seorang TKW (Grafindo 2007), Sekuntum Mawar dari Gaza (Grafindo 2008), Dalam Sujud Cinta (Grafindo 2008), Hasrat Waktu (Arti Bumi Intaran 2009), Di Jari Manismu Ada Rindu, (Arti Bumi Intaran 2009), Lorong Kematian (Global Media 2010), Sinar Mandar (Global Media 2010), Jalan Pulang (Azhar Risalah 2011), Musyahid Cinta (Arruz Media 2011), Semesta Cinta (Lentera Sufi 2011), Penakluk Badai, Novel Biografi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari (Global Media 2011), Cahaya-Mu Tak bisa Kutawar (Arruz Media 2014), Haji Backpacker sebuah Novel (M-Book 2013), Air Mata Tuhan (Imania 2014), Tuhan, Maaf Engkau Kumadu (Glosaria Media 2012), Mekkah (Glosaria Media 20013), Maha Cinta (Glosaria Media), Kidung Rindu di Tapal Batas (Glosaria Media 2015), Patah Hati yang Terindah (Dolphin 2015), Peci Miring, novel Biografi Gus Dur (Dolphin 2015), Kartini, Kisah yang Tersembunyi (Dolphin 2016), Sang Mujtahid Islam Nusantara, novel Biografi K.H Wahid Hasyim (Imania 2016), Separuh Cahaya Surga (Qalam Nusantara 2017), Yang Terlupakan (Melvana 2017).
 
Nonfiksi: Kiat Asyik Menulis Fiksi (Arti Bumi Intaran), Kisah-Kisah Inspiratif Pembuka Surga (Grafindo), Bersama Isfah Abidal Aziz, menulis buku yang cukup tebal, Di Balik Fatwa Jihad Imam Samudera (Sajadah Press), Haji Backpacker, sebuah memoar 1 (Edelwes), Haji Backpacker, sebuah memoar 2 (Edelwes), Ensiklopedi Haji (Qultum Media), Ensiklopedi Sain Al-Quran (Pustaka Al-Kamal), Pesan al-Quran untuk Sastrawan (Jalasutra).
 
Antologi bersama: Tragedi 1965, Antologi cerpen, esai, puisi dan curhat (Malka 2005), Ini Sirkus Senyum (Bumi Manusia 2003), Negeri Pantai (Kostela 2001), Angin Sahara (KSI Kairo 2003), Maha Duka Aceh (PDS HB Jassin 2005), Aku telah Dikutuk Jadi Laut (Syarikat 2007), Seorang Gadis dan Sesobek Indonesia (L. Aksara, 2007), Antariksa Dada (Penyair Tiga Kota, 2008), Sang Pemberani (Koekosan, 2008), Ta’bir Hujan (DKL 2010), Langit Lintang ing Wengi (Penyair Yogyakarta 2014), Ilmu Klakune Kanti Kelakon, (2016 Balai Bahasa DIY). Sedangkan penelitian akademik: Al-Imamiyah inda as-Sunni wa as-Syi’iyah (Bahs, Al-Azhar 2003), Konsep Pendidikan Islam dan Relevansinya dengan Pendidikan Akhlak (Skrispi 2007), Sistem Nilai dan Pendidikan Politik: Analisis Deskriptif Pemikiran Syed Naquib al-Attas (Tesis 2010), Etika Pesantren Tradisional: Studi Inkulturasi antara Kearifan Lokal dengan Nilai Islam (Disertasi 2017).
***
 
Wawancara di bawah ini diambil dari Grup Facebook Apresiasi Sastra (APSAS) Indonesia:
 
Nurel Javissyarqi: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alfatikah, Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala Ali Sayyidina Muhammad. Semoga begitu tepatnya dalam mengawali sapaan kepada sampean Mas Aguk Irawan Mn. Sebelum berkata-kata jauh, kiranya dan sekaligus seyogyanya mengucapkan kalimah syukur, lantaran kehadiran sampean di majlis Apresiasi Sastra (APSAS) kali ini. Tentu, secara pribadi sebagai pembaca, saya mengucapkan terima kasih sungguh kepada para penerjemah karya-karya dari bangsa / bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia, khususnya atas khazanah keilmuan dari belahan dunia Islam. Setidaknya, itu barangkali sebagai amal bakti di dunia yang kelak semogalah dapat dipetik manfaatnya pula di alam akhirat, amien ya Robbal alamien... Dan kini turunlah sudah pertanyaan saya kepada Mas Aguk Irawan Mn,
1. Sejak kapan hati sampean tergerak memasuki alam nan indah penerjemahan? Apakah sewaktu masih duduk di bangku sekolah Ibtidaiyah atau semasa mondok di Pesantren Langitan, Widang, Tuban?
2. Karena sampean kini sudah memangku Pesantren, jadi sekalian bertanya pula, sejak kapan batin sampean memantabkan diri, yang kemudian membabat alas mendirikan lembaga yang dapat dibilang cukup tua dalam tradisi penyebaran keilmuan atau dunia pendidikan di Nusantara ini?
3. Berapa % lulusan Al-Azhar, Kairo, yang terjun menekuni kegiatan penerjemahan yang sampean ketahui? Apakah malah sebagian besar hanyut dalam kancah politik di negeri ini?
4. Harapan apa yang sampean dambakan mengenai kegiatan penerjemahan untuk kekayaan keilmuan kesusastraan khususnya? Sementara itu dulu Mas, nantinya disambung yang lain, matur suwon sanget....
 
Aguk Irawan Mn: Terimkasih Nurel atas semuanya. Duh pertanyaannya serius banget hehe.
 
1. Sejak ngaji di al-Azhar saya belajar nerjemah. Jujur motivasinya ekonomi, juga belajar saja, belajar memahami teks. Belakang ketika baca banyak refrensi terjemah dalam sejarah islam, sejarah terjemah adalah sejarah awal munculnya peradaban emas islam. Di Pondok blm pernah menerjemah. Boro2 menerjemah, membaca saja sulit dan malas.
2. Sejak saya merasa pengen ada komunitas literasi yang saling menyemangati, selain jujur terinspirasi dari almarhum Kang Zainal (Zainal Arifin Thoha).
3. Hem, dulu banyak, ketika buku2 hasil terjemahan timteng laris manis, skrg situasi beda.. jadi tinggal sedikit, mungkin 3 % itupun kebanyakan buku2 tasawuf saja.
4. Harapannya, masyarakat, pemerintah dan penerbit menghargai jasa penerjemah.
Bagi saya menerjemah itu ada tantangan dan kenikmatan, tantangannya tentu banyak kesulitan menjadi penengan dua bahasa, apalagi tahu sendiri imbalannya ya begitu, kenikmatannya ada tambahan wawasan, juga mental kerja keras... mungkin itu dulu.
 
Nurel Javissyarqi: Matur suwon sanget atas jawabannya...
***
 
Ahmad Farid Yahya: Tabik, Pak Aguk Irawan MN. Saya tahu nama jenengan dari cerita-cerita guru-guru di MAN Babat selepas mengadakan study tour di Yogyakarta sekitar tahun 2014 akhir. Ikut menyimak diskusi ini.
 
Mahfud Aly: Salam hormat saya, saya ada pertanyaan Kiai Aguk. Salam dari Lamongan.
1. Apa saja keahlian dasar yang dibutuhkan seorang penerjemah Arab-Indonesia? Apakah nahwu shorof juga?
2. Bagaimana cara terbaik untuk menerjemahkan terkait budaya dan adat istiadat Arab sebagai unsur penting dalam penerjemahan? Apakah penerjemah harus pernah pergi ke sana untuk mendapatkan feel-nya? Terima kasih. Barakallah
 
Aguk Irawan Mn: 1. Tentu saja ilmu alat bahasa arab, nahwu saraf dan ilmu alat bahasa indonesia yg benar, eyd dan spok. Tapi jangan menunggu mahir baru penerjemah, sbb standart mahir itu abusrd, bagi saya dg menerjemah itu saya belajar memahami.. belajar membaca.. begitu niat saya... 2. Tdk hrs datang, banyak2lah baca sosial budaya masyarakat setempat... skrg ada youtube, jg bisa tanya2.
 
Mahfud Aly: Barakallah Kiai. Terima kasih. Tabik.
***
 
Agus R. Subagyo: Salam salim Yai Aguk. Apa yang paling sulit saat menjalani proses alih bahasa/penerjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Mengingat tata bahasa dari kedua bahasa tersebut memiliki perbedaan. Salam tabik Yai
 
Aguk Irawan Mn: yg sulit jika dlm bahasa arab tdk ada padanannya dg bahasa indonesia.. syair2, istilah tasawutf dll.
 
Agus R. Subagyo: nembah nuwun Yai.
 
Indra Intisa: Aguk Irawan Mn Jika tidak ada padanannya, bagaimana cara atasi hal tersebut?
 
Aguk Irawan Mn: Jika tidak ada padanannya, misal wujudul imkan, tajaliyat, dll ditulis tetap ejaan arab, lalu diberi keterangan secukupnya...
***
 
Sigit Susanto: Mas Aguk Irawan Mn ingin tanya, 1) bagaimana respon pembaca kita thd novel Chicago? Maaf, aku tak memantaunya. Aku beli novel itu di Luxor, sempat terpana dg debutnya, sbg dokter yg penulis. Kebetulan dia dtg ke Zürich, aku minta tanda tangannya, di luar dugaanku, dia tanya namaku siapa? Setelah kutulis namaku, ternyata ia tulis namaku dlm bhs Arab di hal depan, baru ditanda tangani. 2) Sbg org yg pernah tinggal di Kairo, apakah sampean tak berminat nerjemahkan karya Nagib Machfuz, yang Edward Said sebut, Thomas Mann nya dari negeri Arab. 3) Sempatkah mampir di kafe di Kairo, tempat Pak Nagib ngopi dgn anak2 muda. Terima kasih.
 
Aguk Irawan Mn: 1. Respon pembaca lumayan, karena itu novel keduanya yg sdh diterjemahkan, sebelum itu novelnya imarah, sdh duluan terbit di serambi, judulnya kalau tdk salah pada sebuah apartemen, penerjemahnya kawan. Novel Chicago dengan segudang penghargaan, tdk bisa disebut sukses versi terjemahnya.. karena blm cetak ulang. 2. Terjemahan Najib Mahfud sdh banyak di Indonesia, saya sendiri sdh menerjemahkan satu, dunia Allah, terbit di penerbit Navila Yogya. Itu jg sambutan pembaca kurang hehe. 3. Cafe Khan Kalili, letaknya di husain, samping kampus Al-Azhar, dulu saya sering main disana, sesekali jg ninum sya'labnya (susu kacangya) tempatnya legenda karne Najib Mahfud.
 
Sigit Susanto: Syukron.
 
Indra Intisa: Sebagai pemula, apa yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menjadi penerjemah bahasa Arab?
 
Aguk Irawan Mn: belajar nahwu saraf dasar, dan mau buka kamus..
****
 
Berikut ini Karya-karya Terjemahan Aguk Irawan Mn: 


http://sastra-indonesia.com/2021/03/obrolan-penerjemahan-karya-bahasa-arab-ke-bahasa-indonesia-bersama-aguk-irawan-mn/

No comments:

Post a Comment