Saturday, January 18, 2020

Long Road To Depok

Setiyo Bardono

Selalu ada akhir dalam sebuah pesta. Semuanya mencoba mengais kegembiraan dalam salam perpisahan. Kang Yonathan Rahardjo sibuk mengurusi doorprize yang berjibun menghampirinya. Sihar Ramses Simatupang, saudara kembarnya hanya senyum-senyum saja. Mereka berdua sempat kuledek sebagai pasangan Barry Prima - Advent Bangun, soalnya badannya gede-gede. (Padahal menurut adik saya, penyair nggak pantes kalau badannya gede. Ah ada-ada saja)

Olin masih sibuk saja dengan kameranya. Rita Achdris yang sukses sebagai ketua pelaksana tersenyum lega. Sahlul Fuad hilang dari pandangan, mungkin memberesi panggung. Titon Rahmawan masih membanggakan nasibnya sebagai orang baik hingga dapat doorprize, paket USB dan kroni-kroninya. Onoy Wahyono, yang ternyata mirip Adri Subono terlihat ceria sampai akhir.

Penyair Tombo Ngantuk sepertinya bergegas diamankan pacarnya. Gadis manis yang lupa aku tanyakan namanya juga udah raib entah kemana. Anya, Djorgy dkk, masih sempat memberikan senyum terbaiknya. Urip Herdiman Kambali, sepertinya punya rute sendiri sendiri hingga tak mau kuajak bareng ke Depok. Arie Saptoaji, sibuk mereka-reka rute ke arah Klender, tapi sia-sia karena temannya sudah nongkrong di depan Gedung Summitmas pake motor.

Shiho, peneliti jepang yang dipanggil Sukhoi oleh Yonathan Rahardjo memandang semuanya dengan senyum ramahnya. Milla dan Fitri, sibuk menjaga garda depan dan melayani pembelian kaos apsas. Yohannes sugianto menghilang dari pandangan. Mang Jamal sudah melepas kimono
dan ngrokok di lantai bawah. Dan siapa lagi ya... Maaf yang luput dari pandangan jangan marah.

Akhirnya aku dan Adi Toha menyusuri jalan Sudirman, soalnya dia masih keder dan tak tahu angkutan ke Cilincing, tempat menginap. Setelah kupastikan tubuhnya ditelan bus menuju Tanjung Priok, aku menyetop kopaja jurusan manggarai dan turun di Komdak kemudian nyambung ke bus jurusan Kampung Rambutan dan turun di Stasiun Cawang.

Turun sempoyongan dan kemudian muntah cairan secawan. Perlu diketahui kondisi badan saya memang sedang tidak fit, dan punggung masih ada bekas kerokan malam sebelumnya. Maaf kalau dalam beberapa sesi acara saya mencoba membaringkan badan dan tidur.

Peron memang dibuat untuk menunggu. Cukup lama hingga krl eko datang. Lumayan lega walaupun tempat duduk sudah terisi semua. Untuk menghindari muntah berkelanjutan, saya duduk di lantai kereta beralaskan sandal tua.

Tak banyak yang naik di stasiun berikutnya mungkin karena bukan hari kerja. Tapi malang, di Stasiun Pasar Minggu, KRL dinyatakan mengalami gangguan dan penumpang harus turun menunggu kereta berikutnya.

Peron Pasar Minggu jadi penuh seketika. KRL yang datang juga sudah penuh hingga tak kuasa menampung limpahan penumpang. Aku jongkok di lantai dan menunggu kereta berikutnya yang alhamdullillah lumayan sepi tapi tak ada space untuk duduk di lantai. Sampai di Stasiun Depok Baru, turun dan muntah secawan lagi.

Untung di angkot menuju Sawangan keadaan badan cukup membaik, walaupun perut kadang mual. Setelah turun dari angkot, berjalan menyusuri gang gelap, menyempatkan buang hajat kecil yang tertahan di pojok kebon belimbing, akhirnya sampai juga di rumah tercinta jam 20.30 malam.

Selamat Ulang Tahun Apsas.

Salam
https://bacapuisi.blogspot.com/2007/06/baca-puisi_7513.html

No comments:

Post a Comment