Reportase: Wawan Eko Yulianto
APAKAH diskusi sastra dan literasi harus dilakukan di kampus, di perpustakaan atau kafe? Tentu tidak. Ada yang mengadakannya di alam. Dan Mei 2017 lalu, dihelat Kemah Sastra III di bumi perkemahan kebun teh Medini, Tegal, Jawa Tengah. Berkesempatan ikut dan menjadi salah satu pengisi acara selama tiga hari tentu menjadi keseruan tersendiri.
Kemah Sastra III diadakan secara gotong royong oleh Komunitas Lereng Medini (KLM) dan beberapa Lembaga Pers Mahasiswa sejumlah kampus di Semarang. Acara yang merupakan evolusi dari Wisata Sastra yang tahun 2010-an digagas KLM dan Sigit Susanto, penulis dan penerjemah asal Kendal yang tinggal di Swiss.
Mulai 2015, Wisata Sastra menjadi Kemah Sastra dan selalu diadakan di perkebunan teh Medini. Di tahun ketiga ini, Kemah Sastra mengusung tema Misteri Alam dalam Narasi Sastra.
Pada malam pembukaan yang dingin, pada 12 Mei 2017, diadakan diskusi mengenai Sastra Gunung Roso Titi Sarkoro dan Sastra Pesisir oleh penyair Eko Tunas. Salah satu primadona di acara ini adalah workshop cerpen dan puisi.
Untuk cerpen peserta yang dikirimkan beberapa minggu sebelum acara, pembahasan dan klinik disajikan oleh cerpenis senior Martin Aleida. Sementara untuk puisi, hadir penyair senior Iman Budhi Santosa sebagai pembedah.
Selain itu, ada juga pembahasan karya yang menghadirkan penulisnya. Buku pertama yang dibahas adalah karya F Rahardi, berjudul Ine Pare. Eka Kurniawan, penulis muda yang kian berkibar di ranah internasional, juga hadir dan berbicara banyak mengenai penerjemahan karyanya ke berbagai bahasa dunia.
Saya sendiri berkesempatan bercerita mengenai karya-karya sastra dari penulis Muslim Amerika.
Para peserta juga mengikuti berbagai acara lain, seperti menyaksikan penampilan teater dan jalan-jalan keliling perkebunan teh yang memanjakan mata. Panitia, diwakili Heri CS, memberikan sumbangan buku kepada perpustakaan yang dikelola pemuda lokal.
Mayoritas peserta acara yang berjumlah117 orang ini adalah mahasiswa dari berbagai kampus, mulai Tangerang hingga Bangkalan. Namun, ada juga pelajar maupun khalayak umum yang menggemari baca-tulis sastra.
Setelah acara, para peserta turun dari gunung Medini dengan menaiki truk bak terbuka. Di bak belakang, ikut berdesakan, terdapat novelis Eka Kurniawan yang karyanya baru-baru ini diterjemahkan ke bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan sebentar lagi Spanyol.
*) Dosen Sastra Inggris di Universitas Ma Chung / blogger di http://timbalaning.wordpress.com
https://surabaya.tribunnews.com/2017/06/29/misteri-alam-dalam-narasi-sastra
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
Adin
Aguk Irawan Mn
Akhmad Sofyan Hadi
Albert Camus
Andre
Annie Tucker
Anton Kurnia
Anwar Holid
APSAS (Apresiasi Sastra)
Audrian F
Baca Puisi
Bahrul Ulum A. Malik
Berita
Bernando J. Sujibto
Birgit Lattenkamp
Buku Pohon
Cak Bono
Catatan
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Didin Tulus
Dody Yan Masfa
Dwi Fitria
Eka Kurniawan
Endah Sulawesi
Ernest Hemingway
Esai
F Rahardi
F. Rahardi
Franz Kafka
Gaya Lufityanti
Gm. Sukawidana
Gunoto Saparie
Gus Noy
H Tanzil
Haris Firdaus
Heri CS
Herri Chandra Santoso
Iman Budhi Santosa
Indah Survyana
Interview
James Joyce
Jerman
Johannes Sutanto de Britto
Kampung Ciseel
Karl Marx
Kedai Roti
Kemah Sastra
Komunitas Lereng Medini (KLM)
Koskow
Kurnia Effendi
Latief S. Nugraha
lockdown
Lucern
Lucern Kota Mati
M. Lukluk Atsmara Anjaina
Mas Palomas
Metamorfosis
Milan Kundera
Muafiqul Khalid MD
Muhidin M. Dahlan
Nezar Patria
Nunung Deni Puspitasari
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Assyhadie
Pawang Surya Kencana
Perdebatan
Petik Puisi
Proses Kreatif
Puisi Terjemahan
Pulau James Bond
PUstaka puJAngga
Resensi
Rinto Andriono
Ronny Agustinus
Roso Titi Sarkoro
Ruth Martin
Sabine Müller
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Setia Naka Andrian
Setiyo Bardono
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sulistiono
Surat Ti Bali
Swiss
Tiya Hapitiawati
Triyanto Triwikromo
Ulysses
Umbu Landu Paranggi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Jengki Sunarta
Wayang di Salju
Wayang James Joyce
Yogas Ardiansyah
Yonathan Rahardjo
Youtube
Yusri Fajar
No comments:
Post a Comment